Rabu, 30 November 2011

The Art of Waiting

Thanksgiving 2011 sudah berlalu. Now what's next? Aku berpikir. Sebuah pengharapan besar telah Tuhan taruh di dalam hatiku. Hm... Menunggu dan menunggu. Manusia hidup selalu menunggu. Tetapi bagaimana sebaiknya aku bersikap saat menunggu? Bagaimana metode menunggu itu?

Mazmur 33 : 20
TB: Jiwa kita menanti-nantikan TUHAN. Dialah penolong kita dan perisai kita!

Banyak problem di dalam kehidupan ini. Tetapi aku mau menantikan pertolongan Tuhan dengan pengharapan, sehingga mendapatkan kepastian. Itu karena aku telah mengenal kualitas pertolongan itu. Kehidupan ini akan kita jalani dengan nyaman, jika kita memiliki pengharapan yang pasti. Menanti itu bukan berarti diam, meskipun banyak orang berkata sebaliknya.

1 Korintus 1 : 7
Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu karuniapun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus.

Menanti kedatangan Tuhan itu bukan berarti setelah dibabtis lalu kita tidur, leha-leha, diam. Tuhan memberikan kepada kita spiritual gift, itu akan memberikan berkat bagi kita dan orang-orang beriman. Manage dan maximalkan karunia dari Tuhan, sehingga menjadi berkat bagi sesama kita. Jangan diam saja karena karunia itu akan hilang.

Matius 24 : 46
Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.

Ayat itu bercerita tentang apa yang sebaiknya kita lakukan sementara kita menunggu. Menanti itu bukan membosankan, tetapi haruslah produktif dan efektif karena kita tidak ingin apa yang kita kerjakan tidak ada hasilnya. Apa yang bisa lakukan, lakukanlah itu.

Kejadian 15 : 1 & 5
15:1 Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan: "Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar."

15:5 Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."

Waiting in hope. Jika aku menghitung bintang di langit, aku teringat janji Tuhan kepada Abraham. Kondisi Abraham dan istrinya saat itu sudah tua. Lihat Kejadian 16 : 1-2

16:1 Adapun Sarai, isteri Abram itu, tidak beranak. Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang Mesir, Hagar namanya.
16:2 Berkatalah Sarai kepada Abram: "Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak." Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai.

Itu bahaya! Harapan Sarai sudah menipis saat itu. Sarai berencana membangun rumah tangga melewati Hagai. Seperti tidak memiliki harapan lagi, sehingga terucaplah kata-kata itu dari mulut Sarai, dan Abraham mendengarkan kata istrinya itu.

Kejadian 16 : 3-4
16:3 Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, --yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan--,lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya.
16:4 Abram menghampiri Hagar, lalu mengandunglah perempuan itu. Ketika Hagar tahu, bahwa ia mengandung, maka ia memandang rendah akan nyonyanya itu.

Jika kita mengisi masa penantian dengan ide kita sendiri tanpa mengikuti tuntunan Tuhan, kita hanya akan menemukan problem.

Jalani kehidupan di dalam hidup ini dengan menggantungan harapan kepada Tuhan saja. Janganlah bersandar kepada pengertian sendiri.

Kejadian 16 : 5-6
16:5 Lalu berkatalah Sarai kepada Abram: "Penghinaan yang kuderita ini adalah tanggung jawabmu; akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu, tetapi baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah akan aku; TUHAN kiranya yang menjadi Hakim antara aku dan engkau."
16:6 Kata Abram kepada Sarai: "Hambamu itu di bawah kekuasaanmu; perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik." Lalu Sarai menindas Hagar, sehingga ia lari meninggalkannya

Saat mulai ada masalah, kelihatan karakter sesungguhnya. Mulai saling menyalahkan dan saling lempar tanggung jawab. Nasihat baik untuk pemuda-pemudi, dalam mencari pasangan, carilah pasangan hidup yang menaruh harapannya kepada Tuhan dan beriman kepada Tuhan.

Aku bercermin dari firman Tuhan ini. Betapa rindunya aku untuk mengembangkan karunia-karunia Tuhan di dalam hidup ini dan menjadi berkat bagi orang lain, dan aku juga mendapatkan berkat dari Tuhan. Jangan sampai nanti anak-anakku tertindas dengan masalah karena aku tidak mengikuti kehendak Tuhan.

Jangan sampai penindasan seperti yang dilakukan Sarai terjadi di dalam hidupku dan menyusahkan orang lain. Aku ingin menantikan janji Tuhan dengan cara yang benar! Biarlah hari ini & depanku berada dalam pemeliharaan Tuhanku karena Dia tidak pernah gagal. Aku mau menaruh harapanku kepada Tuhan saja, berapapun lamanya, aku percaya janjiNya iya dan amien!

Matius 5 : 18
Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.

Tuhan mampu memberikan janjinya tepat waktu! Amien.

Catatam kotbah : The Art of Waiting
Pdt. Handoyo Santoso, D.Min. | PA Selasa, 29/03/2011